PERSPEKTIF MULTIKULTUR DI PANDANG DARI BERBAGAI SUDUT AGAMA



1. Pandangan agama islam terhadap multkultur

Pada dasarnya Islam merupakan agama yang mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perbedaan yang ada selama tidak melanggar batas – batas Syariat yang telah di tetapkan oleh ALLAH SWT. Tetapi yang bisa kita lihat dalam lingkungan masyrakat sekarang ini khususnya masyrakat yang masih memegang kental tradisi adat dan istiadat banyak terjadi hal – hal yang melanggar syariat dan sebenarnya mengada – ngada jika di tinjau dalam prespektif islam. Maka, muncul lah pendapat bahwa Islam merupakan agama yang kolot ataupun agama yang kurang mempunyai toleransi terhadap akar – akar budaya tersebut. Padahal jika kita melihat sejarah yang ada di Indonesia, Islam masuk melalui budaya seperti para sunan yang memasukkan nilai – nilai Islam dengan cara menyelaraskannya dengan budaya penduduk setempat. Kita bisa lihat wayang yang merupakan cara salah satu sunan mengganti kebiasaan penduduk jawa dalam membuat patung sebagai pengaruh dari Hindu-Budha. Toleransi umat Islam barangkali dapat dilihat juga Pada Masa awal Islam, Para penguasa Muslim dalam waktu yang relatif singkat telah menaklukkan beberapa wilayah sekitarnya seperti; Mesir, Siria, dan Persia. Ketika para penguasa Muslim menaklukkan daerah tersebut, di sana telah ada dan berkembang dengan pesat beberapa pusat ilmu pengetahuan. Dan setelah daerah tersebut dikuasai Islam, kegiatan keilmuan masih berjalan dengan baik tanpa ada campur tangan dari penguasa Muslim. Disamping itu komunitas non-Muslim seperti Kristen, Yahudi, dan bahkan Zoroaster dapat hidup dan menjalankan ibadah mereka masing-masing dengan relatif bebas di bawah kekuasaan para penguasa Muslim. Sikap lain yang ditunjukkan adalah diperkenankannya kaum non-Muslim untuk hadir dan mengikuti kajian-kajian ilmiah yang diselenggarakan orang-orang Muslim, baik sarjananya maupun penguasanya.




2. Pandangan agama Kristiani terhadap multkultur

Membicarakan tentang multikulturalisme, pada dasarnya pada Alkitab tidak banyak yang membicarakan terkait tentang multikultiralisme. Tetapi membicarakan tentang multikulturalisme tidak jauh tentang adanya kasih, ebaikan, kesetaraan dan keselamatan yang akan diberikan ke semua manusia tanpa terkecuali. Dalam Kitab Perjanjian Baru Galatia 3:28 tertulis semua manusia yang berasal dari berbagai suku, bangsa serta kelas sosial dipersatukan dalam Kristus. Artinya kasih Kristus diberikan bagi semua orang tanpa memandang asal-usul mereka. Kolose 3:11 lebih mempertegas lagi bahwa Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Untuk dalam meneladai sikap gereja kita harus mampu mengendalikan diri dan harus berlajar menerima apapun yang ada di sekeliling kita. Dalam sejarah agama kristen yang terpenting adalah untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan menjalankan amanatnya sesuai dengan hukum kasih dalam Alkitab.




3. Pandangan agama Hindu terhadap multkultur

Mengacu pada uraian prinsip multikultural yang dikemukakan Geriya, yangmeliputi :

a. Kesederajatan dalam keragaman;

b. Kebersamaan dalam perbedaan;

c. Saling menerima dan menghargai dalam keragaman dan perbedaan;

d. Demokrasi budaya, tentu secara konseptual dapat ditelusuri dalam ajaran-ajaran Agama Hindu.




4. Pandangan agama Buddha terhadap multkultur

Ajaran buddha mengatakan suatu pendidikan belum dikatakan multikulturalisme apa bila belum mangamalkan 4 (empat) pilar :UUD, Pancasilah, ADRT, dan bhineka Tunggal Ika. Bineka tunggal ika yang ada dalam kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular sekitar tahun 1384 – 1385 menunjukkan bahwa betapa pedulinya ajaran Buddha terhadap fakta perbedaan yang ada di Nusantara. Tentunya ungkapan yang ditulis oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma tersebut pasti memiliki akar pemikiran yang bersumber dari ajaran atau nilai – nilai yang diyakini oleh agama Buddha.

Agama Buddha dalam konsep ketuhanannya mengakui bahwa Tuhan yang Maha Esa ( Tunggal ), akan tetapi selama ini Buddha identik dengan dewa – dewa sehingga muncul pemahaman bahwa agama Buddha memiliki banyak Tuhan.


5. Pandangan agama Katolik terhadap multkultur

Ketika masuk dalam suatu kebudayaan, agama tidak dapat melepaskan diri dari pola dan cara hidup masyarakatnya. Dalam perkembangan Islam di Jawa, kita mungkin sudah mengetahui bahwa Sunan Kali Jaga terkenal karena perpaduan yang dilakukannya antara Islam dan kebudayaan Jawa baik dalam kesenian maupun dalam bentuk bangunan peribadatan. Dalam Gereja Katolik sendiri, perpaduan ini masih terus dilakukan. Iman bukanlah benda mati. Iman adalah penghayatan kepada Allah yang dijalankan setiap hari. Iman justru menemukan bentuknya dalam hidup manusia konkret. Perjumpaan iman dengan realitas hidup manusia merupakan suatu peristiwa nyata. Hal ini tidak boleh dilupakan. Sebagai sebuah peristiwa, penghayatan iman demikian menjadi tampak, setidaknya dapat ditangkap oleh pengertian manusia.

Pada poin inilah, agama dapat dikatakan membudaya, mengakar. Memang iman mengatasi apa yang dapat dimengerti tapi iman tetap membutuhkan pengertian supaya apa yang diwartakan dapat dipahami dan lantas dihayati oleh masyarakat yang bersangkutan. Contoh dari Kitab Suci yang dapat dikatakan di sini adalah ketika Paulus berada di Yunani. ‘Kegagalan’-nya mewartakan Kristus yang bangkit terbentur pada pengertian orang-orang Yunani waktu itu mengenai kebangkitan badan. Pada perkembangan selanjutnya, kita melihat bagaimana para pewarta iman berusaha memadukan iman Kristiani dengan tradisi Helenis-Romawi agar iman itu sendiri dapat dipahami dengan lebih baik dan salah satu tokoh yang dikatakan mampu memadukan kedua hal ini adalah St. Agustinus.


6. Pandangan agama Khonghucu terhadap multkultur

Banyak yang tidak mengetahui kalau ajaran Khonghucu itu sangat luas, meliputi : agama, filsafat, etika, psikologi, antropologi, sosiologi, ekonomi, dan lain sebagainya. Kepada salah seorang murid, Nabi Kongzi memberitahu bahwa Jalan SuciNya hanya satu tapi menembusi semuanya. Pokok Ajaran agama Khonghucu adalah Satya dan Tepasalira, yakni : Satya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan melaksanakan Firman yang diemban kepada kita dalam kehidupan ini, menegakkan dan menggemilangkan Kebajikan dan Tenggang Rasa, artinya mencintai terhadap sesama manusia, sesama makhluk dan lingkungan hidupnya. Ajaran Kongzi universal, tidak terbatas pada satu bangsa atau satu negara tertentu tapi bagi semua orang dan segala jaman sebagaimana telah dinyatakan oleh banyak orang yang sudah mempelajarinya dengan seksama.Di empat penjuru lautan semuanya saudara (Lun Yu XII:5) mengandung seruan atau ajakan kepada semua orang, semua bangsa-bangsa dimuka bumi ini agar berusaha mencapai kerukunan nasional dan keseduniaan. Ajaran Nabi Kongzi mengutamakan kerukunan. UjaranNya yang lain :Apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan kepada orang lain. Disini tersirat, bila diri sendiri ingin tegak/maju, bantulah orang lain agar tegak / maju.

Komentar