Kebudayaan Aneh Dan Unik di Seluruh Dunia

Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh masyarakat atau kelompok tertentu dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk oleh beberapa unsur yang ada di masyarakat seperti, agama, politik, adat istiadat, dan bahasa.
Nah, berikut ini ada beberapa kebudayaan atau kebiasaan yang aneh dan tak lazim di berbagai belahan dunia dan sampai sekarang masih ada yang masih dilakukan atau dilestarikan, berikut ulasannya :

1. Tradisi Ubasute (membuang orang tua) 

Ubasute berasal dari kata ''ubasuteyama'' yaitu nama dari sebuah gunung yang ada di Jepang, jika diartikan dalam bahasa indonesia ubasuteyama berarti ''gunung tempat pembuangan nenek''. Dahulu di Jepang tradisi ini dilakukan untuk mengurangi mulut yang diberi makan dalam keluarga, orang yang sudah tua renta dianggap hanya menjadi beban dalam keluarga, maka dari itu mereka harus dibuang di gunung ubasute untuk mengurangi beban keluarga.
Namun tradisi ini sudah tidak dilakukan lagi di Jepang, ada beberapa versi yang melatar belakangi tradisi ini sudah tidak dilakukan lagi, yang paling terkenal ialah cerita versi ranting pohon, dimana suatu hari ada seorang anak yang menggendong ibunya yang sudah tua untuk dibuang di gunung ubasute, dalam perjalanan menuju ke gunung, nenek ini selalu menggapai ranting pohon kering yang ada di sekitarnya dan menjatuhkannya ke tanah, sesampainya di gunung saat anak ini hendak meninggalkan ibunya, ibunya berkata ''aku sudah menandai jalan pulang dengan ranting pohon, ikutilah ranting-ranting itu agar kamu tidak tersesat saat menuju rumah'', seketika pemuda itu langsung menangis dan memeluk ibunya dan membawa ibunya kembali pulang ke rumah. Dan dari situlah orang-orang tua kembali disayangi dan tradisi ini pun berahir.
sebenarnya ada beberapa versi mengapa tradisi ini diahiri seperti versi masalah sulit, keranjang pembuangan, dan jejak dari tebaran dedak.

2. Tradisi Thalaikoothal (membunuh orang tua)


Thalaikoothal secara bahasa berarti ''siraman atau mandi''. Thalaikoothal sendiri adalah tradisi membunuh orang tua yang sudah jompo untuk mengurangi beban keluarga. Tradisi ini berasal dari daerah selatan Tamil Nadu, India khususnya di daerah Virudhunagar.
Proses pembunuhan biasanya dilakukan oleh anak  dan kerabat dekat dari orang tua itu sendiri.
Dalam proses pembunuhan ada bebarapa cara yang diterapkan, yang paling umum ialah memandikan orang tua dengan sejenis minyak mandi yang banyak di pagi hari, kemudian diberi minum air tertentu yang akan mengakibatkan gagal ginjal, dan orang tua tersebut akan meninggal 2-3 hari setelahnya.
Selain memandikan ada beberapa metode pembunuhan lain yang diterapkan misalnya melakukan pijat khsusus di bagian kepala dengan air dingin sehingga suhu tubuh turun dan mengakibatkan gagal jantung, ada juga yang memberikan minum susu lewat hidung dengan jumlah banyak, bahkan ada juga yang langsung diracun oleh anak dan kerabat terdekatnya.
Sebenarnya tradisi ini sudah dinyatakan ilegal oleh pemerintah India, namun sampai sekarang masih ada juga yang melakukannya dengan alasan budaya dan tradisi turun temurun dari leluhur dan diterima oleh masyarakat setempat. WAAAW



3. Tradisi Ma'nene (mayat berjalan)

Berbeda dengan thalaikoothal yang membunuh orang tua yang masih hidup, maka ma'nene adalah kebalikannya. Ma'nene yaitu menghidupkan orang yang sudah mati. Tradisi ini berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia. Ma'nene secara harfiah mempunyai 2 arti, yaitu kata nene yang diartikan nenek/orang tua oleh masyarakat Toraja pada umumnya. Namun masyarakat tongariu, nene diartikan sebagai mayat, dengan imbuhan ''ma-'' di depan kata ''nene'', ma'nene berarti merawat mayat.
Tradisi ma'nene biasanya berlangsung selama 4 hari pada bulan agustus dan september. Tradisi ini dilakukan sebagai bukti kasih sayang anak kepada orang tuanya. Tata cara pelaksanaan tradisi ini ialah, mayat yang sudah di semayamkan diambil kembali setelah itu diberi pakaian yang rapi, setelah mayat menggunakan pakaian yang rapi, pemangku adat atau tokoh adat membacakan mantra-mantra tertentu supaya mayat tersebut bisa berjalan sendiri menuju kuburan batu yang ada di tebing-tebing atau orang setempat menyebutnya ''lo'ko'mata.
Sebagian besar masyarakat perkotaan sudah meninggalkan tradisi ini karena pengaruh agama yang mulai menyebar disana, namun masyarakat pedesaan khususnya yang berada di daerah pegunungan masih banyak yang menjalankan tradisi ini.


4. Tradisi Jhator  (pemakaman langit)

Masih berhubungan dengan pemakaman, kali ini ada tradisi jhator dari Tibet, jhator diartikan sebagai pemakaman langit, dinamakan pemakaman langit karena mayat atau jasad orang yang sudah meninggal tidak dimakamkan ke dalam tanah melainkan jenazah dimakamkan dengan cara dimakan oleh burung hering atau burung bangkai.
Hal ini dilakukan karna masyarakat setempat percaya bahwa burung hering adalah jelmaan dari malaikat, maka dari itu mereka percaya jenazah orang yang sudah meninggal akan diantarkan ke surga oleh burung hering tersebut.
Tidak semua mayat bisa dimakamkan denga cara jhator ini, pemakaman jhator tidak dilakukan kepada mayat yang usianya kurang dari 18 tahun, jasad ibu hamil, atau jasad orang yang meninggal karna kecelakaan atau penyakit tertentu.
Dalam prosesi pelaksanaan jhator, ritual diawali dengan berdoa di kuil, kemudian jenazah dibawa ke puncak perbukitan yang lokasinya ribuan meeter diatas permukaan laut, para biksu akan berdoa mengelilingi jenazah, setelah selesai berdoa mayat ditelungkupkan tanpa ada kain yang menutupinya, lalu jenazah disayat, hal ini dilakukan untuk mengundang burung hering datang dan memakan mayat tersebut. Setelah mayat tinggal tulang belulangnya saja yang tersisa, biasanya tulang belulang itu akan ditumbuk hingga halus sehingga seluruh bagian mayat habis dimakan. Bisa juga mayat benar-benar dimutilasi terlebih dahulu dengan kapak setelah itu dilemparkan ke arah burung-burung hering berkumpul.
dalam upacara pemakaman biasanya akan dihadiri oleh keluarga, warga setempat, sampai para turis dari luar negeri, bisa dibilang upacara jhator ini adalah hal yang sangat mengerikan bagi para turis atau pendatang. Namun, upacara ini bagi warga setempat mempunyai nilai religi tertentu.



Sumber Referensi :
http://www.wikipedia.co.id 
http://anehdidunia.com
http://jawapos.com
http://www.detik.com

Komentar